Menjadi mahasiswa merupakan siklus kehidupan yang biasa
dialami para pelajar. Namun jika menjadi mahasiswa teknik? Teknik mesin? Tentu akan
menjadi beda ceritanya. Dan itulah yang saya alami. Saya merupakan mahasiswa
teknik jurusan teknik mesin di salah satu universitas di Malang angkatan 2014. Memnag
bukan universitas istimewa tetapi sudah lebih dari cukup untuk mencari “nilai”.
Sejak
dulu pemikiran kita tentang teknik pasti dibubuhi dengan kata-kata pemloncoan kah, pembullyan kah, senioritas kah, apalagi jika memikirkan teknik mesin. Bisa-bisa
kita berpikiran hingga kekerasan, pelecehan dan lain-lain. Tapi semua tu TIDAK
BENAR!!
Hampir
satu semester saya duduk di bangku teknik mesin. Tetapi semua hal yang saya sebutkan
diatas tidak terjadi sama sekali, bahkan yang saya rasakan adalah sebaliknya. Senior
yang dulu dipikiran orang-orang bagaikan algojo,
disini bagaikan seorang kakak yang
tak mau melihat adik-adiknya melakukan kesalahan yang mereka lakukan. Itu hanya
sebagian kecil nilai-nilai positif yang bias anda petik.
Saya ingat
pada masa orientasi dulu, kami se-Komunal diberi tugas oleh kakak senior untuk
membuat name tag. Ini bukan sembarang name tag, terdapat ukuran-ukuran hingga
satuan 0.5 mm. dan beberapa ukuran yang harus dicari menggunakan metode
matematis. Saya merasa tugas ini tidak penting dan sia-sia. Untuk apa? Bukankah
yang terpenting untuk penunjuk identitas? Tapi akhirnya saya merasakan manfaat
dari tugas itu. Bagi mahasiswa teknik, menggambar bagaikan pentingnya bayi
meminum asi. Dan kami sudah berlatih untuk menghadai kesalahan-kesalahan yang
mungkin akan terjadi.
1…2…3… TEKNIK!!!