Pages

12 November 2012

10 November Lagi


                10 November merupakan Hari Paglawan Nasional. Para pejuang mengerahkan seluruh kekuatannya demi tercapainya Kemerdekaan. Banyak hal yang perlu dikorbankan. Waktu, keluarga, pekerjaan dan lain sebagaimya.
                Kini 67 tahun Indonesia merdeka. kita sudah MERDEKA. kita tak perlu lagi merobek bendera Belanda yang Merah Putih Biru menjadi Merah Putih. Atau membalik bendera Polandia yang warnanya Putih Merah.
                Indonesia memang sudah merdeka dari penjajahan Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda dan Jepang. Tapi bagaimana dengan pendidikan? kalau menurut saya, pendidikan di Indonesia sedang dijajah. Oleh siapa? Oleh Globalisasi. Gak cuma dua atau tiga negara saja yang menjajah lewat globalisasi, tapi seluruh dunia.
                Kalau dipikir-pikir lagi kondisi ini sangat miri dengan kondisi Indonesia saat dijajah dulu hanya saja kini penjajahannya lebih mengakar. Dan kalau ini terus dibiarkan, dampaknya akan lebih parah daripada penjajahan yang dulu.
                Jika saya analogikan pendidikan dengan penjajahan dulu. Indonesia mempunyai guru sebagai pasukan. Infrastruktur sebagai senjata dan Kurikulum sebagai strategi. Memang analogi yang saya buat agak memaksa. Tapi saya pikir itu tidak salah juga. Mari kita liat, analogi yang saya buat merupakan sebuah sistem yang jika semua unsur terpenuhi dengan baik, maka akan tercapailah tujuan yang ingin dicapai.
                Saat ini, Infrastruktur pendidikan yang dimiliki Indonesia seperti Bambu Runcing. Artinya masih sangat sulit untuk mengahadapi penjajahan yang dilakukan oleh globalisasi. Globalisasi sudah menggunakan senjata api. Dari hal ini dapat kita simpulkan bahwa infrastruktur pendidikan di Indonesia masih sangat perlu untuk di benahi. Khususnya di daerah terisolasi.
                Kemudian kurikulum yang kita gunakan untuk menjadi strategi peperangan pun masih sangat mudah untuk diadu domba. Artinya kurikulum pendidikan di Indonesia tidak konstan. Terlalu sering diganti. Katanya harus menyesuaikan jaman? memang benar tapi harus melihat kondisi masyarakat dulu. Objek pendidikan yang belum mahir menguasai kurikulum A, harus ganti dengan kurikulum B. Sama seperti, baru tahu caranya memanjat gunung, sudah disuruh menyebrang sungai.
                Yang paling penting sekarang. Pasukan yang sekarang adalah guru. Dengan senjata bambu runcing pun, strategi yang mudah di acak-acak pun, mereka tetap tegar dalam membela negaranya. Apa bedanya sama guru? dengan infrastruktur yang minim dan kurikulum yang ribet pun, mereka tetap senantiasa menjalankan kewajibannya dalam berjuang mendidik para calon Pemimpin Masa Depan tanpa pamrih.
                Tapi amat disayangkan jika ketulusan para pasukan pendidikan kita hanya dibiarkan mendidik putra-putri bangsa dengan ala kadarnya. Para pasukan pendidik harus dilatih dalam menghadapi medan perang yang berubah. Agar misi untuk memerdekakan pendidikan dapat tercapai. Memang sangat susah. Dan butuh pengorbanan yang besar. Para pasukan pendidikan yang dulu sudah sangat susah untuk diajak bertempur. Indonesia memerlukan pasukan dari generasi baru yang mempunyai strategi bagus. Tetapi mengganti pasukan lama sangatlah sulit karena mereka terlalu banyak.jadi harus dilakukan secara perlahan-lahan.
                Ketiga elemen terpenting dari peperangan sudahsaya jelaskan. Dan armada Indonesia masih terlihat sangat lemah. Maka dari itu bantuan dari pihak-pihak yang mendukung pendidikan untuk ikut serta dalam menangani masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa tercinta ini. Saat ini sudah Banyak organisasi yang sudah mengikutsertakan dirinya dalam pendidikan Indonesia. Mereka menginginkan perubahan yang nyata agar Indonesia mampu merdeka dari penjajahan pendidikan. Organisasi inilah yang menjadi persenjataan baru bagi pendidikan Indonesia.
                Saya berhar`p agar pemberi persenjataan ini tidak pernah merasa lelah dalam mendukung pendidikan Indonesia. Sehingga Indonesia bisa menjadi lebih baik yaitu dengan memerdekakan pendidikan di Indonesia terlebih dahulu.  
                 
                 

0 komentar:

Posting Komentar